Selasa, 18 Maret 2014

Potret dan Realita Umat Islam Hari Ini

200

Kalau boleh berkata jujur, aku ingin mengatakan bahwa aku miris menyaksikan keadaan umat Islam sekarang ini. Melihat pemikiran mereka, melihat gaya hidup dan aqidah mereka. Sungguh kawan, ada yang hilang dari dalam kehidupan kita? Kita sudah kehilangan pegangan. Kita beragama tapi sudah kehilangan ruhnya.

Kita tidak memungkiri bahwa kita memang masih menunaikan shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Raga kita memang muslim tapi hati/pemikiran kita condong ke Barat. Disadari atau tidak, kita telah mengikuti budaya Yahudi dan Nashrani. Lihatlah hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan didukung media massa khususnya televisi yang makin memperparah keadaan.

Kita juga lebih mengedepankan pemikiran hawa nafsu ketimbang mengikuti perintah/larangan dalam ajaran Islam. Disuruh berjilbab, katanya belum siap, alasannya buat apa berjilbab kalau hati masih kotor? Itu munafik namanya. Jilbabin hati dulu baru jilbabin orangnya?

Dilarang pacaran: Kita ga ngapa-ngapain, cuma saling curhat, ga ada fikiran kotor, tergantung orangnya, kalau memang dasar otak mesum ya pasti kotor, tapi kalau hatinya bersih, ga masalah tu? Yang penting niatnya!

Dilarang ngucapin selamat natal / bertahun baru dan mengucapkan selamat kepada perayaan non muslim lainnya, malah berdalih; Kita ngucapin selamat cuma untuk menghormati kok? Tidak bermaksud mengikuti atau menga-aminkan kepercayaan mereka. Bersikaplah toleransi terhadap sesama manusia, jangan menebar kebencian dan permusuhan. Bukan Islam itu rahmat untuk sekalian alam? Yang penting semua itu tergantung hati/niatnya.

Begitu juga ketika dilarang merayakan valentine; Kami tidak mengikuti perayaan nashrani, kita cuma ambil sisi baiknya aja yaitu memanfaatkan hari kasih sayang kepada sesamanya. Yang penting niatnya. Begitulah seterusnya, jika dinasehatin; Yang penting niatnya, jangan bawa-bawa agama dong, fanatik amat sih! Dasar munafik! Sok moralis!

Nilai-nilai kehidupan banyak yang sudah terbalik. Akhirat jarang diperbincangkan dan diperhatikan, tapi urusan dunia dikejar habis-habisan. Kenikmatan fisik, tubuh dan materi dipuja-puja, dijadikan kebutuhan pertama dan utama.

Lihatlah kehidupan para artis yang cantik dan seksi itu? Mereka punya cita-cita ingin mendirikan sebuah wadah untuk melatih wanita-wanita Indonesia tampil lebih intelek, lebih feminim, lebih berwawasan. Tapi mereka tak pernah melatih diri mereka untuk bagaimana menjadi seorang muslimah sejati dalam ajaran Islam yang sebenarnya, seperti menjaga perhiasannya, menutup aurat mereka, menjadi seorang istri yang shalehah.

Lihatlah mereka-mereka para pemburu motifasi itu. Ramai-ramai mereka meminta sugesti kepada para motifator, gimana caranya agar jadi orang sukses? Gimana caranya membangun masa depan yang cerah dan mapan di hari tua? Gimana caranya mengobati hati yang terluka karena cinta, gimana caranya membagi waktu antara karir, cinta dan keluarga, bla..bla..bla..dan sebagainya. Setelah mendapatkan sugesti dan motifasi. Apa jawab mereka? "Setelah menonton acara ini, semangat saya kembali timbul, saya lebih siap menyongsong masa depan, terima kasih pak Anu?" "Salam super!"

Padahal apa yang dikatakan motifator itu sebagian besar adalah kalimat Qur'an. Apakah kita selama ini tidak termotifasi dalam khusyu-nya shalat lima waktu dan saat kita meminta di sepertiga malam? Apakah jiwa dan hati kita tidak termotifasi dengan bacaan Qur'an kita? Apakah kita tidak merasa termotifasi oleh siraman rohani ketika kita hadir di pengajian-pengajian? Kenapa kita baru tercerahkan dari sugesti seorang motifator? Jujur padahal dia bukanlah seorang ulama atau ustadz yang faham hukum agama, tahu halal dan haram? Kita hanya fokus kepada perbaikan duniawi dan menomor duakan akhirat!

Kita sekarang ini lebih tertarik untuk bekerja, bekerja dan bekerja karena jelas menghasilkan uang, untuk memuaskan nafsu kebendaan kita. Tanpa sadar, kita menganggap agama adalah urusan pribadi, tidak usah diobrolkan. Hati dan jiwa ditinggalkan dan dibiarkan kering dan gersang. Sebaliknya, kebutuhan raga, jasmani, fisik setiap hari dipuaskan dengan makanan enak, dengan benda- benda mewah dan mahal. Jiwa yang kering dan hati yang gersang tidak mau diakui dan tidak mau dirasakan sebagai akibat dari kurangnya memperhatikan urusan agama, karena tidak tertariknya pada nasehat, karena jarangnya berhubungan dengan Allah SWT secara serius, khusyu dan penuh penghayatan. Umumnya, bila kita menyaksikan teman kita ngobrol tentang nasehat, penyadaran, kita tidak tertarik. Bila tertarik pun tidak sungguh- sungguh, karena menganggap pekerjaan sehari-hari lebih penting untuk mencari uang dan uang. Tanpa sadar, kepuasan kita masih berada dalam derajat yang rendah yaitu kepuasan uang, benda dan materi. Kita belum merasa betah berada dalam lingkungan nasehat, lingkungan yang mengingatkan, obrolan yang menyadarkan, pembicaraan yang menyejukkan, perbincangan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Begitu juga terhadap politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Tak heran jika ada seorang pemimpin yang amanah dan berusaha mengembalikan negeri ini ke dalam pemahaman Islam secara kaffah, maka pemimpin tersebut insyaAllah pasti akan kandas di tengah jalan dan hanya memperoleh pengikut yang sedikit.

Umat ini tak suka diatur dengan aturan Islam. Makanya lihatlah kita sering asal pilih pemimpin, tak perduli mau dia Islam KTP, mau Kristen, Syiah, pokoknya yang penting di mata mayoritas rakyat, pemimpin itu baik dan dianggap bisa membawa perubahan yang lebih baik (nyatanya tak ada perubahan apa pun, hanya janji-janji usang dan pencitraan belaka). Umat ini tak mau berusaha mencari informasi tentang calon pemimpin mereka. Yang mereka andalkan adalah informasi yang bersumber dari media-media sekuler negeri ini yang notabene sering menyudutkan Islam. Wahai mayoritas umat, pilihlah pemimpin yang memperjuangkan dan membela Islam, jangan kalian pilih pemimpin yang haus jabatan dan gila kekuasaan dan juga jangan kalian pilih pemimpin dari kalangan non muslim! Kritislah, seringlah membuka media-media Islam yang lurus beritanya, dan bergabunglah dengan orang-orang shaleh yang cerdas yang mendukung dan membela Islam, sehingga bisa memberikan perbandingan atas informasi yang kita dapatkan sebelumnya, sehingga kita faham situasinya dan tak menjadi pengekor/latah dan fanatik buta.

Ya Allah, jauhkanlah kami sifat munafik, jadikan kami umat yang sadar akan kesalahan-kesalahan kami. Jadikan kami umat yang selalu mendukung dan membela agamaMu. Aamiin

Wallahu'alam

0 komentar:

Posting Komentar