Selasa, 18 Maret 2014

Haruskah Takut Kepada Hantu?

image

Pernah nonton sinetron/film horornya Indonesia? Itu...kayak kuntilanak, pocong, suster ngesot, dan sebagainya? Ada yang ingin aku kritisi disini. Begini: Kenapa setiap adegan di film-film hantu tersebut, orang-orang yang diteror oleh para hantu selalu pasrah dengan ketakutannya? Misalnya: Ada orang yang di kamar tidurnya didatangi oleh hantu suster ngesot. Orang tersebut saking takutnya menarik selimut dan membelakangi hantu suster ngesot tersebut. Rasanya menurutku terlalu berlebihan bersikap seperti itu. Takut sih takut, tapi ya tak gitu-gitu kali lah? Masa tak ada perlawanan sama sekali? Lebih baik melawan daripada ketakutan buta seperti gitu. Coba beranikan diri datangi hantunya, kalau perlu tendang kepalanya :D. Itu sugesti keberanian lho? Pokoknya ada perlawanan. Karena takut kita jadi berani, bukankah begitu? Masa mau begitu aja diteror oleh mahluk yang derajatnya lebih rendah dari kita manusia ini? Lagian ini kan cuma akal-akalan film-film horor itu aja? Apa ada mahluk halus yang bisa membunuh manusia? Setahuku mereka tak bisa menyentuh manusia, kecuali mahluk halus/jin tersebut bekerja sama dengan manusia (baca: santet/tenung)

Tapi lepas dari fantasi atau tidak, kita tak boleh takut dengan syetan/hantu/jin. Apalagi kita tak punya kesalahan. Maksudnya kita tak mengganggu mereka, tapi merekalah yang usil mengganggu, apalagi mengganggunya di rumah kita sendiri. Jin jahat model begini harus diusir, tanpa kompromi/dialog dan tak pake syarat/tumbal segala. Pokoknya diusir paksa. Itu kan rumah kita, bukan kuburan, hutan angker, rumah kosong, dan sebagainya. Tak berhak mahluk lain meneror yang punya rumah. Kecuali kalau kita yang cari gara-gara duluan, umpama nantangin si jin dengan mendatangi tempat-tempat hunian mereka. Itu tuh kayak tayangan masih dunia lain, Tukul jalan-jalan di Trans7 dan tayangan yang sejenis di TV lainnya.. Nah yang ini cari penyakit namanya. Rasain sendiri akibatnya, syetan kok dimainin?

Artinya kita tak boleh takut kepada jin/syetan, kalau pun takut, usahakan paksakan beranikan diri untuk melawan rasa takut itu. Apalagi kalau kita itu berdua atau lebih, masa takut juga? Aku lihat di film-film horor itu, sekumpulan remaja lari tunggang langgang ketika sosok mahluk halus menakut-nakuti mereka. Seharusnya tak perlu kayak gitu, kan udah ramai-ramai, tak sendirian lagi?

Aku sendiri pun sebenarnya bukanlah sosok yang berani-berani amat. Tapi juga tak takut-takut buta gitu. Bicara takut hantu, dulu sewaktu SD pernah nonton film Pengabdi Syetan. Ada yang tahu film horor klasik ini? Wah beneran film ini seram, ga dibuat-buat kayak film-film horor sekarang. Seram bukan karena visual efek dari film tersebut. Jaman dulu tehnologi tak secanggih sekarang. Film itu serem karena memang hakikatnya udah seram. Jadi abdi syetan kan itu kan seram?

Sehabis nonton film Pengabdi Setan itu, berminggu-minggu rasa takutku tak hilang-hilang. Ya, aku orangnya penakut, hehe.. Pokoknya setiap menonton film horor pasti rasa takut membekas dan menghantui diriku. Itu dulu, sekarang sih Alhamdulillah bisa diminimalisir. Rasanya aku tak terima harus takut dengan syetan/hantu. Kita kan orang yang beragama, punya Allah yang Maha Hebat dan Maha Gagah. Seharusnya kita harus takut kepada Allah Ta'ala saja. Ini aku sugestikan kepada diriku jika rasa takut itu mengganggu.

Aku punya pengalaman buruk berkenaan dengan dunia ghaib yang hampir membuat fatal diriku. Tapi tak kan ku share di blog ini atau di mana pun, cukup Allah Ta'ala saja yang mengetahuinya. Hikmah yang aku dapat dari kejadian itu adalah kasih sayang Allah Ta'ala yang ku rasakan dan semakin lebih dekat dengan agama ini.

Tapi aku punya cerita lain yang ingin aku bagikan disini. Pengalaman yang lucu. Begini ceritanya:

Kisah ini terjadi kurang lebih lima tahun yang lalu. Saat itu memang akan ada acara pernikahan di keluarga kami, jadi abang sepupuku yang di Jakarta datang ke Medan. Waktu itu bibi dan pamanku (mereka sudah dipanggil Allah Ta'ala, semoga Allah Ta'ala merahmati mereka) akan pergi ke Sibolga karena ada sedikit keperluan, jadi rumah mereka sudah pasti kosong dan tak ada yang menjaga. Aku dan saudara-saudaraku termasuk abang sepupuku tadi dimintai tolong untuk menjaga rumah tersebut. Kami pun mengiyakannya. Jadilah kami bermalam disana.

Jumlah kami semua ada empat orang. Lumayan ramai kan? Oya saat itu kebetulan bertepatan dengan malam Idul Adha. Ba'da Isya kami sudah ngumpul semua di rumah paman dan bibiku. Namanya anak muda, ngumpul bareng apalagi sama abang sepupu yang sudah lama tak jumpa, maka suasana pun ramai, ketawa ketiwi. Kami cerita ngalor ngidul saling berbagi kisah, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba dari arah ruang shalat disamping kami, seperti ada suara batu yang dilempar keras. Sontak kami terdiam dan saling pandang, suasana yang tadi ramai kini hening. Tak ada yang bergerak untuk menyelidiki. Akhirnya aku coba beranikan diri mendatangi ruang shalat untuk memeriksa apa yang terjadi. Ternyata dari atap ruang shalat ada semacam lorong sampai ke atas loteng. Dan batu kerikil yang seperti dilempar tadi berasal dari atas loteng itu. Yang kami takutkan adalah maling. Aku pandangi wajah saudara-saudaraku ternyata pucat semua, hehe... Abis kaget sih, lumayan keras batu kerikil yang dilempar menyentuh lantai tadi.

Akhirnya kami putuskan untuk mengakhiri cerita dan beristirahat. Ada keanehan yang aku lihat di wajah abang sepupuku, dia seperti gelisah. Dengan seribu pertanyaan di dalam hati, akhirnya kami pun segera tidur. Lewat beberapa menit, mendadak aku kepingin buang air kecil tapi segan ke kamar mandi, mengingat kejadian tadi rada seram juga, apalagi kamar mandinya lumayan besar dan suasananya juga lumayan seram, hehe... Akhirnya ya terpaksa ditahan. Rupanya tak berapa lama abang sepupuku bangkit bergerak, langsung ku tanya, "Mau kemana bang?"
"Ke kamar mandi!" jawabnya.
"Aku ikut bang?" sahutku.
Mendadak dua saudaraku yang sedang tidur bangkit dan mengatakan hendak ikut ke kamar mandi pula. Rupanya mereka pun kebelet pipis juga dan takut ke kamar mandi, hahaha... Tawa pun meledak dari mulut kami semua, menyadari kepenakutan diri kami sendiri.

Suasana rumah paman dan bibiku (semoga Allah Ta'ala merahmati mereka) memang auranya tak sehat, maksudnya banyak kamar kosong yang tak dihuni, dan tak terawat pula. Maklumlah paman dan bibiku (semoga Allah Ta'ala merahmati mereka) sudah tua, dan anak-anak mereka sudah pada nikah dan pergi merantau. Jadi tak ada yang mengurusi dan membersihkan rumah mereka. Ruangan yang kosong dan tak terawat tentu mengundang para mahluk astral untuk berdiam disana. Esok paginya kami merasa heran juga, kok ya bisa-bisanya takut dengan kejadian semalam?

Itu sekedar cerita ringan saja. Yang jelas mahluk halus yang bernama jin/syetan itu pasti ada dan kerjanya menggoda dan mengganggu manusia, menjerumuskan manusia ke lembah kemusyrikan. Kita usahakan untuk tidak takut kepada mereka. Minimal kalau masih takut sendirian ketika berdua jangan takut juga, harusnya lebih berani.

Aku punya tips untuk menepis rasa takut yang disebabkan karena hantu. Kalau kau berada di rumah sendirian, atau di tempat gelap dan kau merasa takut seolah-olah mereka menakut-nakutimu, maka datangi tempat gelap tersebut, tentunya hidupkan lampu/membawa penerangan dan berhati-hati, siapa tahu maling. Aku lebih khawatir maling ketimbang hantu. Berdiri agak lama disana. Sugestikan diri bahwa tak ada yang perlu kau takutkan, kecuali Allah Ta'ala. Mereka jin/syetan tak bisa menyentuh/menyakitimu. Kau tak punya salah, dan tak pernah mengganggu siapa pun, maka tak berhak mahluk lain mengganggu dirimu. Jadi tak perlu lah menghindar atau lari tunggang langgang. Dan yang paling penting baca doa, mohon perlindungan kepada Allah Ta'ala. Disini keberanian bisa timbul kuat di hati karena kita merasa dekat dengan Allah SWT. Dekat bukan sembarangan dekat, tapi kita merasa dekat kepada Allah karena ibadah dan keimanan kita yang terus diasah dan ditingkatkan. Jadi jika kita tetap merasa takut walau sudah memantapkan hati, berarti kesalahan ada pada diri kita, mungkin kita banyak melakukan dosa.

Wallahu'alam

0 komentar:

Posting Komentar